Coaching Clinic Orienteering Mapala BAWANA

 



Orienteering adalah olahraga menemukan sejumlah lokasi di medan sebenarnya dengan menggunakan peta dan kompas, titik – titik lokasi dalam orienteering disebut titik kontrol. Pelaku atau peserta orienteering disebut orienteer. Seorang orienteer diharuskan memiliki kemampuan navigasi yang baik untuk menemukan rute terbaik dari lokasi start, menuju ke titik – titik kontrol, dan berakhir di lokasi finish. Inilah keunikan dari olahraga orienteering, seorang peserta harus bisa menemukan rute terbaik untuk menuju titik kontrol dengan cepat.

Sejarah Orienteering
Orienteering dimulai sejak akhir abad ke 19 di Skandinavia (Swedia) sebagai latihan militer, istilah “Orienteering” digunakan pada tahun 1886 di Akademi Militer Karlberg, Swedia yang berarti lintas alam dengan menggunakan bantuan peta dan kompas.
International Orienteering Federation (IOF) atau Federasi Orienteering Internasional berdiri pada tahun 1961 pada pertemuan di Kopenhagen. Dalam tiga tahun sebelas Negara ikut bergabung dengan IOF. Negara tersebut adalah: Bulgaria, Denmark, Cekoslovakia, Jerman Timur, Jerman Barat, Finlandia, Norwegia, Hungaria, Austria, Swiss dan Swedia.


Sejarah Orienteering di Indonesia
Olahraga orienteering di Indonesia pertama kali dikenalkan oleh Wanadri Komisariat ITB dalam lomba orienteering pada tahun 1988 Tipe kompetisinya Score Event atau Score O dan bersifat beregu. Pada tahun 1990 Lomba O Brahmahardhika (LOB) pertamakali digelar oleh Brahmahardhika Mapala FKIP UNS Surakarta. Kelak LOB

Menjadi perlombaan O paling rutin di Indonesia. Federasi Orienteering Indonesia (FONI) dideklarasikan pada tanggal 4 Agustus 2001. Sampai sekarang perkembangan olahraga orienteering sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Ditandai dengan banyaknya kegiatan atau lomba orienteering yang diadakan.

Dasar permainan dalam olahraga orienteering adalah sebuah perjalanan pencarian titik-titik kontrol yang disebar dalam medan permainkan. Titik kontrol tersebut telah digambarkan dalam peta yang menjadi alat bantu para orienteer, sebutan bagi peserta orienteering.

Setiap orienteer dituntut untuk bergerak mendatangi sejumlah titik kontrol dalam urutan yang telah ditentukan. Untuk menggapainya, para peserta akan dilengkapi semacam alat penanda bernama dibber yang harus dicolok ke titik kontrol atau station control dibber berisi indentitas peserta.


Untuk mencapai titik kontrol tersebut, orienteer tak melulu mengandalkan kemampuan fisik dan mental. Para peserta juga harus mampu berpikir cepat serta cerdas untuk memilih rute terbaik berdasarkan peta yang diberikan panitia.


Peta yang diberikan peserta pun dibuat khusus untuk olahraga orienteering. Di mana terdapat simbol-simbol yang akan menunjukkan medan yang akan dihadapi. Ada sejumlah simbol yang harus dipahami orienteer dalam membaca peta.

Misalnya simbol hitam dan abu-abu yang menggambarkan wilayah bebatuan seperti batu besar, tebing atau tanah berbatu. Sementara simbol berupa garis, maka bermakna adanya jalanan setapak, jalan besar, atau gang.

Pemenang dari olahraga alam sendiri ditentukan oleh berapa lamanya waktu yang dibutuhkan peserta melewati beberapa titik kontrol dalam perlombaan orienteering.


Sementara di Indonesia olahraga ini memang kurang popular. Tapi, penggiat olahraga alam ini telah memiliki wadah dalam naungan Federasi Orienteering Nasional Indonesia (FONI). Pengurus federasi yang terbentuk sejak 4 Agustus 2001 ini sudah tersebar di 15 provinsi di Tanah Air.


0 Komentar