Diklatsar Mapala Cakra ke-13

 

Namanya Juga “MAPALA” hal yang wajib disetiap penjaringan anggota baru melalu proses DIKLATSAR (Pendidikan dan Latihan Dasar), kemudian DIKJUT (Pendidikan Lanjutan) dan setelah itu Ekpedisi Anggota Muda.

Diklatsar adalah zona pendidikan dan latihan. Setiap insan yang memasuki wilayahnya baiknya dengan semangat berlatih & belajar.belajar dan berlatih itu bisa diterjemahkan luas. Berlatih berjalan kaki, berlatih packing, belajar kembali navigasi, mencoba trap, mengolah bahan survival, mengamati flora, belajar SRT di alam dan sebagainya. 


Diklatsar adalah singkatan dari Pendidikan & Latihan Dasar. Sesuai dengan namanya, maka aktivitas diklatsar bertujuan buat melatih & mendidik dasar-dasar pengetahuan & kemampuan anggota atau calon anggota dalam suatu organisasi atau komunitas. Khusus buat organisasi penggiat alam bebas misalnya Pendaki & Penempuh Rimba, Mapala & Sispala memang mempunyai metode spesifik yg sanggup dikatakan keras & tegas dalam pelaksanaan diklatsar bahkan seperti menggunakan pendidikan militer. Hal itu bertujuan lantaran anggota organisasi ini memang wajib ditempa sedemikian rupa agar mempunyai fisik yg kuat, mental yg andal & pengetahuan yg mumpuni. Lantaran kemampuan-kemampuan tadi sangat diperlukan waktu berkegiatan nantinya pada alam bebas & pada organisasi. Namun menggunakan metode pendidikan keras misalnya itu, sangat berpotensi mengakibatkan bahaya keselamatan. Seperti kelelahan berlebih, tersesat, kecelakaan, & lain-lain. Belum lagi kasus senioritas yg tak jarang galat kaprah pada penempatannya. Sering terjadi jua seseorang senior melakukan perbuatan semena-mena pada para siswanya bahkan sampai melakukan tindakan-tindakan kekerasan misalnya pemukulan. Mereka berdalih menggunakan tujuan mendidik, namun sesungguhnya alasan utamanya merupakan balas dendam lantaran mereka jua diperlakukan serupa waktu mereka menjalani diklatsar sebelumnya. Hal tadi tentu saja galat kaprah. Kekerasan yg membudaya secara turun temurun misalnya itu bukannya menciptakan seseorang anak didik terdidik misalnya dalam tujuan awal diklatsar, namun malah menciptakan seseorang anak didik sebagai pendendam & akan membangun eksekutor baru buat bertugas pada diklatsar berikutnya. Maka berdasarkan itu, kita wajib menghentikan budaya misalnya itu, agar tujuan diklatsar yg sesungguhnya sanggup tercapai.


Cara antisipasi hal tidak baik ketika diklatsar


Sebelum kita melakukan antisipasi atau pencegahan terhadap hal tidak baik yg memungkinkan terjadi ketika diklatsar, kita wajib mempunyai data faktor-faktor resiko yg sangat mungkin terjadi. Beberapa pada antaranya merupakan faktor kemampuan fisik anak didik, faktor syarat alam (cuaca & tantangan medan), faktor pendidik atau pelatih & materi diklatsar & Faktor non teknis (administrasi & perijinan). Dari beberapa faktor tadi kita mampu menjabarkan lagi lebih rinci bersama antisipasinya misalnya pada bawah ini :


1.Faktor Kemampuan Fisik Siswa

Setiap orang tentunya mempunyai kemampuan fisik yg berbeda-beda. Oleh karenanya para stake holder wajib mempunyai kejelian tinggi terhadap kemampuan fisik setiap anak didik. Pendataan terhadap syarat fisik sebelum aplikasi diklatsar harus dilakukan. Data-data tadi nanti mampu bermanfaat buat antisipasi hal-hal tidak baik yg berkaitan menggunakan syarat fisik anak didik ketika pada lapangan. Lakukanlah pendataan se-detail-detailnya, ketahui riwayat kesehatan anak didik, & selalu lakukan pengoontrolan ketika aktivitas. Saat aktivitas diklatsar, kita boleh terus push kemampuan fisik anak didik sampai dalam batasnya bahkan melampui batasnya. Akan namun kita pula wajib selalu waspada dalam tanda-tanda-tanda-tanda pada syarat fisik anak didik. Saat anak didik terlihat sangat kelelahan, kekurangan cairan, kekurangan asupan tenaga, & lain-lain, kita wajib mengetahui & segera lakukan tindakan pencegahan. Panitia diklatsar pula wajib mempersiapkan tim medis spesifik buat antisipasi hal-hal tidak baik yg terjadi. Tim medis tadi wajib menguasai kemampuan PPGD & perawatan-perawatan dalam syarat apapun. Perhatikan asupan gizi & tenaga anak didik. Meskipun mereka sedang menjalani sesi pendidikan survival, panitia pula wajib mempersiapkan antisipasi apabila terdapat anak didik yg gagal melakukan praktek survival.


2.Faktor Kondisi Alam

Sebelum diklatsar dilaksanakan, panitia wajib memastikan lokasi aktivitas kondusif & dikuasai. Artinya, panitia wajib sahih-sahih melakukan informasi lapangan dalam lokasi aktivitas & memastikan setiap sesi yg dijalani sang para anak didik nir membahayakan keselamatannya. Penguasaan medan sang para panitia & pelatih sifatnya harus . Seorang senior wajib sahih-sahih tahu ciri lokasi aktivitas. Kontur-konturnya, jalur perjalanan, kemungkinan-kemungkinan syarat cuaca, jalur pengungsian, & lain-lain. apabila hal tadi nir dilakukan & dikuasai, maka sangat berpotensi terjadi hal tidak baik misalnya tersesat, jatuh, kurangnya pengaman apabila terjadi cuaca tidak baik, & lain-lain. Dan tentu saja sangat berpotensi jatuhnya korban jiwa. Jangan pernah melakukan aktivitas diklatsar pada lokasi yg banar-sahih baru & sangat sedikit menurut tim panitia & pelatih yg menguasainya. Sangat berbahaya! Dengan menguasai syarat medan, para senior pula mampu menggunakan cepat bertindak & melakukan pengungsian apabila terjadi kegagalan dalam anak didik ketika melakukan praktek navigasi darat. Lantaran resiko primer kegagalan navigasi darat merupakan tersesat.


3.Faktor Pendidik & Materi Pendidikan

Faktor yg ketiga ini merupakan yg terpenting menurut semua faktor lainnya. Sesuai menggunakan nama kegiatannya yaitu Pendidikan & Latihan Dasar, maka wajib sangat memperhatikan siapa & bagaimana pendidiknya, dan apa & bagaimana materi pendidikannya. Lantaran kunci keberhasilan diklatsar terdapat pada sini. Dalam sebuah aktivitas diklatsar, baik setingkat sispala, mapala atau bahkan organisasi akbar misalnya Wanadri, pendidik atau pemateri atau pelatih haruslah orang-orang yg sahih-sahih berkompeten sinkron menggunakan bidangnya masing-masing. Kita nir mampu asal-asalan memberi materi ketika diklatsar lantaran pendidikan diklatsar ini seperti sekali menggunakan doktrinasi. apabila doktrin yg kita berikan nir sahih, maka akan sebagai nir sahih juga output pendidikannya. Dalam materi kepemimpinan, wajib diampu sang orang yg sahih-sahih paham & menguasai bagaimana sebagai pemimpin & berorganisi, pada materi kedisiplinan & loyalitas wajib diampu sang orang yg sahih-sahih mempunyai kedisiplinan & loyalitas yg sangat tinggi & lain sebagainya. 



4.Faktor Non Teknis

Faktor non teknis ini mampu berupa hal-hal yg berkaitan menggunakan administrasi & perijinan. Memang bukan faktor yg paling krusial, namun nir boleh ditinggalkan. Dalam setiap aktivitas apapun, terutama diklatsar, hal-hal yg berkaitan menggunakan administrasi wajib diperhatikan. Seperti halnya legalitas organisasi, administrasi aktivitas (proposal, data-data, & lain-lain), dan ijin aktivitas. Legalitas organisasi sifatnya krusial lantaran mampu sebagai kekuatan aturan & proteksi bila terjadi hal-hal yg nir diinginkan. Untuk organisasi sispala & mapala memang nir perlu terlalu memusingkan tentang legalitas ini lantaran secara otomatis mereka telah sah dari institusi yg membawahinya. Namun buat organisasi generik setidaknya sine qua non legalitas minimal menurut pejabat wilayah loka organisasi tadi berkedudukan. apabila organisasi tadi telah terdapat legalitas, maka buat pengurusan perijinan-perijinan akan sebagai lebih gampang lantaran telah terdapat pihak-pihak yg bertanggung jawab. Terutama ijin mengikuti aktivitas diklatsar menurut para anak didik pada orang tua atau walinya. Saat pengajuan ijin jua organisasi wajib menaruh penerangan pada orang tua anak didik tentang apa itu diklatsar, manfaat diklatsar, usang aktivitas, isi aktivitas, dan beberapa potensi resiko-resiko & cara organisasi mengantisipasinya. Sehingga saat orang tua menaruh ijin, mereka sahih-sahih mampu tahu bahwa anaknya mengikuti aktivitas pendidikan yg mempunyai manfaat besar, bukan sekedar aktivitas perpeloncoan yg kosong manfaat. Selain surat ijin mengikuti aktivitas, ijin ke instansi atau pihak terkait jua harus dilakukan. Hal ini bermanfaat menjadi proteksi baik keamanan juga keselamatan selama aktivitas.

MAPALA CAKRA melaksanakan kegiatan Diklatsar menjadi dua bagian yaitu Diklat Ruang dan Diklat lapangan. 

Diklat ruang dilaksanakan pada Sabtu 3 Desember 2022 di Kampus Universitas Tulungagung dengan materi Gunung hutan dan Rock Climbing. 

Diklat Lapangan dilaksanakan pada hari Kamis - Minggu, 8- 11 Desember 2022 di Gunung Wilis desa Geger Kecamatan Sendang, Tulungagung. 

Diklatsar Mapala Cakra yang ke-13 ini melahirkan anggota baru yaitu ananda Segleg dan Kecot. 

Selamat atas bergabungnya kedua Anggota lulus Diklat Mapala Cakra. 



0 Komentar